Wajah Indonesia Dalam Film "Lewat Djam Malam"


Lewat Djam Malam adalah sebuah film yang ditulis oleh Asrul Sani dan disutradarai Usmar Ismail. Film yang diproduksi pada tahun 1954 ini berhasil meraih penghargaan sebagai Film Terbaik FFI pada tahun 1955. Film ini sangat recommended untuk ditonton. Walau hitam putih, kualitas gambar film yang memang sudah direstorasi ini cukup bagus. Mengingat film ini dibuat 58 tahun yang lalu, tentunya teknologi tak sehebat sekarang.

Iskandar (AN Alcaff) adalah mantan mahasiswa sebuah universitas di Bandung yang ikut turun ke medan perang untuk memperjuangkan kemerdekaan. Selama 5 tahun, Norma (Netty Herawati), kekasih Iskandar dengan setia menanti kembalinya orang yang dia sayangi. Sosok Norma sendiri adalah putri seorang terpandang, tinggal di sebuah rumah mewah dan hidup berkecukupan. Sekembalinya Iskandar dari gunung, ia pun menumpang di rumah Norma.

Hari pertamanya di Bandung, Iskandar sudah membuat masalah. Sementara sang kekasih, Norma pergi bersama sang kakak untuk berbelanja keperluan pesta di Braga, Iskandar pergi meninggalkan kantor guberbur tempatnya bekerja menuju tempat kerja Gafar (Awaludin) , sahabat seperjuangan saat di medan perang. Gafar yang lebih dulu kembali ke kota, kini telah menjadi seorang pemborong. Ia membangun gedung sekolah dan perumahan rakyat.



Di tengah kekecewaannya pada kawan yang menjadi koruptor, macam Gunawan (Rd Ismail); pekerja yang memilih hidup tenang dengan pura-pura tidak tahu, macam Gafar; dan juga jagoan yang berkoar-koar saat keadaan tenang, namun ternyata lebih memilih angkat tangan saat terjadi masalah, macam Puja, Iskandar hanya ingat Norma. Hanya gadis itu satu-satunya tujuan dalam hidupnya. Gadis yang telah menantinya dengan setia selama lima tahun, dan tidak pernah berpaling cinta.

Iskandar telah melakukan suatu hal yang bakal sangat mempengaruhi masa depannya. Ia yang kaget akan perbuatannya sendiri pun berlari pulang ke rumah Norma. Petugas patroli jam malam sedang berkeliling saat Iskandar membuat keributan dengan derap kakinya yang berlari. Mereka pun mengejar Iskandar. Pria itu terus berlari, hingga dekat dengan rumah Norma sudah dekat. Semua orang di dalam pesta berhambur keluar saat mendengar keributan di luar.

Gambaran sifat-sifat manusia sungguh lengkap dalam film ini. Begitulah wajah Indonesia yang sebenarnya. Bahkan saat film ini dibuat sepuluh tahun setelah kemerdekaannya, Indonesia sudah kenal yang namanya korupsi dan nepotisme. Tiap-tiap orang berusaha memenuhi kepentingannya sendiri, tanpa lagi memikirkan orang lain yang ada di sekitarnya. Hingga kini pun, begitulah sifat manusia yang secara sadar atau tidak melekat pada diri masing-masing.

Terlepas dari isi ceritanya, saya benar-benar mengagumi vintage party yang digelar Norma di rumahnya. Gaun pesta yang cantik, serta serunya mereka berdansa dan bernyanyi bersama. Begitu rupanya cara remaja tahun 50-an bersenang-senang. Saya sempat membayangkan, betapa cantiknya jika film ini berwarna. Balon karet, kertas hiasan, serta gaun-gaun indah itu pasti berpadu meriah dalam warna-warni. Tak hanya itu, tampilan kota Bandung zaman baheula, serta bangunan-bangunan rumahnya sungguhlah cantik.

Segera kosongkan jadwal pada hari pemutaran film ini di kota terdekat Anda! Pergilah ke bioskop untuk mengisi waktu dengan menonton film  yang juga sempat ditayangkan di Cannes Film Festival di Paris, 17 Mei 2012 lalu ini.

DEWI RATNANINGTYAS

Sumber: Kapanlagi.com

No comments:

Post a Comment