Restorasi film Lewat Djam Malam dijadikan studi kasus dalam program pendidikan restorasi film yang diadakan oleh federasi arsip film internasional (FIAF) di Bologna, Italia, pada Sabtu 30 Juni 2012 di Sala Cervi, Fondazione Cineteca di Bologna. Acara ini dilangsungkan sebagai bagian dari Film Restoration Summer School/FIAF Summer School 2012.
Cecilia Cenciarelli, kepala Chaplin Project di arsip film Cineteca di Bologna, bertindak sebagai moderator dalam panel ini dan menyebut proyek restorasi karya Usmar Ismail ini sebagai contoh sempurna kerjasama para pecinta film. ”Proyek restorasi Lewat Djam Malam menunjukkan bahwa para individu pecinta film lintas negara punya kekuatan untuk menggerakkan penyelamatan warisan sinema dunia,” kata Cenciarelli dalam sambutan pembukaannya. Ia juga menegaskan bahwa kasus proyek restorasi ini membuktikan bahwa restorasi film tidak hanya bisa dilakukan oleh institusi arsip pemerintah atau produsen film papan atas, tapi juga oleh sekumpulan pecinta film.
Panel studi kasus restorasi film Lewat Djam Malam diisi oleh Zhang Wenjie (National Museum of Singapore), Lintang Gitomartoyo (Yayasan Konfiden), Lisabona Rahman (mahasiswa preservasi film di Belanda), Douglas Laible (World Cinema Foundation) dan Davide Pozzi (L’immagine Ritrovata). Masing-masing narasumber menceritakan perjalanan proyek restorasi film produksi Indonesia tahun 1954 ini dari berbagai sudut pandang, mulai dari soal jaringan persahabatan para pelakunya, pentingnya proyek ini untuk sejarah sinema dunia, dan aspek teknis restorasi untuk dijadikan contoh bagi para pelaku restorasi film.
”Kami semua memulai kerja ini dengan cinta dan penghormatan atas karya generasi pendahulu kami. Kami bangga sekali bahwa proyek ini adalah proyek lintas generasi dan lintas negara,” kata Zhang Wenjie saat menjelaskan sejarah proyek gotong-royong ini.
Lintang Gitomartoyo menjelaskan bahwa selain restorasi, film ini juga diperkenalkan kembali kepada penonton film di Indonesia. ”Generasi saya kesulitan mengakses karya para pembuat film Indonesia dari masa lalu. Kami senang sekali bisa memutarkan kembali film ini di bioskop dan reaksi penonton Indonesia yang sangat positif adalah kejutan yang membanggakan buat kami,” ujarnya.
Davide Pozzi, Lisabona Rahman, Lintang Gitomartoyo, dan Zhang Wenjie di panel diskusi. (Foto: FI)
Quentin Turnour, programmer bioskop National Film and Sound Archive Australia, menanyakan mengapa kasus Lewat Djam Malam dianggap restorasi film yang pertama.
Ia menjelaskan bahwa beberapa karya Dr. Huyung termasuk Antara Bumi dan Langit (1950) pernah direstorasi oleh arsip film Korea, Jepang dan Australia. Selain itu ada beberapa judul yang sudah dialih-mediakan oleh Universitas Melbourne, di bawah inisiatif sarjana pemerhati film Indonesia, David Hanan. Menurut Lisabona Rahman, kasus-kasus restorasi sebelumnya bertujuan memenuhi kebutuhan pemutaran di festival film atau untuk kebutuhan pengajaran. Proses restorasi dilakukan dalam bentuk alih media ke bentuk yang lebih stabil atau mudah diakses, tapi belum ditujukan untuk mengembalikan film-film tersebut mendekati kondisi saat film itu diciptakan atau diedarkan.
Proyek restorasi Lewat Djam Malam adalah yang pertama dilakukan dengan tujuan dan metode untuk mengembalikan karya ini mendekati kondisi ideal penciptaannya.
Douglas Laible menutup panel ini dengan menekankan pentingnya memperkenalkan kembali karya film yang telah direstorasi kepada publik. ”Hal utama yang selalu kami tawarkan adalah membuat film-film dari masa lalu tetap dikenal penonton,” katanya. Laible mengungkapkan kekagumannya atas kemampuan tim kerja restorasi Lewat Djam Malam memutarkan film ini di bioskop untuk penonton Indonesia. Ia menyatakan ikut bahagia dan bangga mendengar penonton Indonesia menanggapi dengan baik pemutaran Lewat Djam Malam dan menyatakan bahwa kasus ini adalah contoh yang patut ditiru di negara-negara lain.
Panel studi kasus restorasi Lewat Djam Malam diselenggarakan dalam rangka Film Restoration Summer School 2012 kelima. Setiap tahun, sekolah ini diadakan oleh federasi internasional arsip film (FIAF) untuk melatih para pekerja pelestarian film dan membahas perkembangan teknologi dan cara kerja restorasi film mutakhir. Sekolah khusus ini diselenggarakan bertepatan dengan Festival Il Cinema Ritrovato, ajang khusus untuk memutarkan film-film koleksi arsip dan hasil restorasi yang diadakan oleh Cineteca di Bologna dengan dukungan pemerintah kota.
Festival ini memasuki edisinya yang ke-26 dengan berbagai program pemutaran film bisu dengan konser musik, sekolah restorasi film dan berbagai diskusi mengenai sejarah film dunia. Salah satu pokok bahasan penting edisi kali ini adalah sejarah cinephilia atau penggemar film di seluruh dunia. Setelah panel studi kasus, film Lewat Djam Malam juga diputar sebagai bagian program festival Il Cinema Ritrovato.
LISABONA RAHMAN
Lisabona Rahman menulis tentang film sejak tahun 2003. Hingga pertengahan 2011 ia bekerja sebagai manajer program kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Sejak paruh kedua 2011 ia belajar mengenai pelestarian film di Amsterdam
Sumber: Filmindonesia.org
No comments:
Post a Comment