Setelah melalui proses restorasi selama 1,5 tahun di Italia, film Lewat Djam Malam karya sineas Usmar Ismail (1954) akhirnya bisa dinikmati publik di negeri sendiri.
Mulai 21 Juni, film tersebut akan diputar di jaringan bioskop 21 Cineplex dan Blitzmegaplex di beberapa kota di Indonesia, seperti Makassar, Surabaya, Bandung, dan Jabodetabek.
Pemutaran film Lewat Djam Malam ini merupakan upaya para pencinta film untuk menarik minat publik terhadap pelestarian artefak film yang tersimpan di Pusat Informasi dan Dokumentasi Film (Sinematek) Indonesia.
Alex Sihar dari Komite Film Dewan Kesenian Jakarta, yang juga Ketua Yayasan Konfiden, dalam jumpa pers di Pusat Perfilman H Usmar Ismail mengatakan, restorasi film Lewat Djam Malam diharapkan bisa membuka mata para pemangku kepentingan di Indonesia tentang pentingnya arsip film bagi kehidupan sejarah bangsa.
Restorasi film Lewat Djam Malam ini dibiayai National Museum of Singapura (NMS) dan World Cinema Foundation yang didirikan sineas dunia Martin Scorsese. Sebelum diputar di Indonesia, film Lewat Djam Malam lebih dulu diputar di Festival Film Cannes, 17 Mei lalu. Film tersebut terpilih dalam kategori World Classic Cinema.
Proses restorasi dimulai sekitar tahun 2010
Pihak NMS memercayakan penggarapan restorasi film kepada L'Immagine Ritrovata yang fokus pada restorasi film di Bologna, Italia.
Untuk membiayai proses restorasi tersebut, NMS mengeluarkan biaya mencapai 200.000 dollar Singapura atau sekitar Rp 1,4 miliar. Belakangan, World Cinema Foundation, yaitu lembaga yang juga fokus pada pelestarian film dunia, menyumbang sekitar 50.000 euro atau sekitar Rp 700 juta. Restorasi film ini melibatkan Kineforum, Konfiden, dan Sinematek Indonesia.
Teledor
Kritikus film, Totot Indarto, mengatakan, restorasi film yang dilakukan pihak asing ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang teledor terhadap kearsipan film yang merekam jejak kebudayaan bangsa.
"Tanpa arsip, kita akan melahirkan generasi yang tidak punya pijakan sejarah. Jangan-jangan kebudayaan kita nantinya akan menjadi budaya baru tanpa konteks," kata Totot.
Pemilihan film Lewat Djam Malam ini direkomendasikan oleh JB Kristanto, mantan wartawan dan penulis buku katalog film Indonesia. Menurut Kristanto, Lewat Djam Malam merupakan film Usmar Ismail yang kuat konteks sejarahnya. Di film itu digambarkan bagaimana perebutan klaim antara TNI dan pihak sipil atas siapa yang paling berperan dalam keberhasilan kemerdekaan Indonesia.
"Usmar Ismail adalah orang pertama yang menganggap film sebagai ekspresi pribadi. Sebelumnya dan bahkan sampai sekarang, banyak film yang dicampurtangani produser film sebagai pemilik modal," kata Kristanto.
Sumber: Kompas.com
No comments:
Post a Comment